Jumat, 03 Februari 2017

"Indahnya Kebersamaan"

Hai!! Cerpen ini berdasarkan pengalamanku ketika Lebaran Idul Fitri. Happy Reading ^^

                 Setelah matahari terbenam, ketika sudah waktunya buka puasa, mobilku belum juga sampai di rumah Mbah, sehingga aku, Ibuk, dan Bapak terpaksa buka puasa di mobil dengan ta’jil yang diberikan mas-mas di pinggir jalan. “Dik, makan dulu biar perutnya keisi,” Ibukku menawarkanku untuk berbuka. Sebenarnya ketika dijalan kepalaku terasa pusing dan perutku juga mual alias mabuk darat. “Nggak ah, Buk. Malah mau muntah,” tolakku dengan lemas. Lalu Ibuk memberiku air putih, “Ya udah, minum air aja,” aku pun minum sedikit sapa tau mualnya berkurang.

                “Alhamdulillah, udah sampe!” seru Ibukku ketika mobil udah berhenti di depan rumah Mbah. Sebenarnya Mbahku semua udah menghadap Allah, tapi rumah Mbah selalu jadi tempat berkumpul waktu hari raya. “Assalamu’alaikum,” dengan lemas aku mengucap salam sambil berjalan masuk. “Wa’alaikum salam,” seluruh keluargaku yang sudah dating menjawab salamku dengan riang. Aku pun bersalaman dengan mereka satu persatu. “macet nggak tadi?” Tanya budheku yang bernama Budhe Nanik. “Nggak, kok. Lancer tapi agak padat aja, jadi jalannya pean-pelan,” jawab Ibukku. Aku langsung aja jalan ke ruang tengah dan langsung duduk dengan lemas. “Di jalan tadi mabul,” keluhku. “Buka dulu sana. Ada empek-empek di belakang, keburu habis nanti,” kata Mbak Sum, orang yang dari dulu sudah merawat Mbahku. Aku nurut aja dan langsung ke belakang untuk makan empek-empek.

               “Dek, sholat Maghrib dulu!” perintah Ibuk. Aku langsung mengambil air wudhu dan bergegas ke musholla. Setelah sholat aku bermain dengan kedua adik sepupuku yang masih berumur 4 tahun dan 10 bulan. “Dek Ia’ sekarang kelas berapa?” Tanya Budhe Elly tiba-tiba. Di keluargaku aku biasa dipanggil Dek Ia’. “Kelas 9,” jawabku. “Udah mau SMA, ya? Barengannya Iyas, kan?” Tanya Budhe ku lagu, Iyas itu sepupu laki-laki yang sebaya denganku. “ya, Budhe.” Ibuku yang menjawab.

                Adzan berkumandang menandakan sudah waktunya untuk sholat Isa. Aku tidak pergi tarawih malah asik bermain kembang api bareng adikku. Walaupun tidak tarawih aku tetap sholat Isa dirumah. Setelah sholat Isa akupun langsung pergi tidur.

                “Nanti malam ada festival takbiran, nggak?” pagi-pagi aku sudah kepada Mbak Sum. “Ada, tapi nggak lewat depan rumah. Lewatnya di depan took buah perempatan,” jawab Mbak Sum. “Ok, nanti malam lihat, ya?” pintaku. Setelah buka puasa lalu sholat Maghrib dan di lanjut sholat Isa aku mengajak Mbak Wulan, anaknya Mbak Sum yang sudah SMA kelas 3. Kami menikmati festival takbiran yang meriah dan tidak terasa sudah pukul 22.00 da kami pun kembali pulang dan tidur.

                Sebelum matahari mulai menampakkan dirinya, seluruh keluargaku sudah terbangun dari tidur. Karena hanya memiliki 2 kamar mandi, jadi kami harus ngantri dulu. Pukul 06.00 seluruh keluargaku sudah terlihat rapi dan siap pergi ke masjid untuk sholat Ied. Sepulang dari sholat Ied, kami saling bersalam-salaman meminta maaf dan bagi-bagi THR lalu dilanjutkan bersilaturahmi ke rumah tetangga. Lalu kami berfoto bersama di depan rumah dan melanjutkan kegiatan bersilahturahmi, tidak lupa kami juga mengunjungi makam Mbah Ti dan Mbah Kung.

Sehari setelah lebaran, keluargaku ada acara halal bihalal dengan keluarga besar. Halal bihalal ini sudah menjadi tradisi di keluargaku. Setiap acara halal bihalal pasti ada salah satu orang tua yang bercerita tentang perjuangan pendahulu kami hingga sekarang. Setelah acara selesai kami kembali kerumah dan beristirahat, tapi juga ada beberapa saudara yang berkunjung ke rumah Mbah.


                Setelah sholat Subuh aku, Ibuk, dan kakak-kakakku berkemas untuk pulang nanti siang. Bapak sudah pulang ke Maospati duluan tadi malam. Ternyata kami pulang sore karena harus menunggu Ibuk yang masih ada acara reuni. “Te, aku pulang dulu. Salam buat Mbak Sum sama Mbak Wulan ya,” pamitku kepada tanteku. “Ya, hati-hati di jalan, Mbak Ia’,” “Assalamu’alaikum,” aku mengucap salam sambil melambaikan tangan. Akhirnya aku harus meninggalkan rumah kesayanganku itu dan kembali ke Maospati.



Itu singkat cerita dari pengalamanku... Nantikan postinganku berikutnya ^^

P.S. : Masih belajar bikin artikel, mohon kritikan dan sarannya, ya..! :)